Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kehidupan individu dimulai sejak masa konsepsi, yaitu
saat bertemunya sel yang berasal dari ayah (sperma) dengan sel telur yang
berasal dari ibu (ovum). Dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya,
individu mengalami interaksi antara kemampuan dasar atau pembawaan dengan
lingkungan.
Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, mengalami
proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak sama cepat atau lambatnya,
fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi bagaimanapun juga pertumbuhan
dan perkembangan merupakan proses yang bersifat integral sebagai manusia
seutuhnya.
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari
perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik.
Perubahan kualitatif tersebut sering disebut dengan perkembangan, sedangkan
perubahan kuantitatif sering disebut dengan pertumbuhan. Persoalan yang menjadi
topik bahasan psikologi adalah perubahan kualitatif atau perkembangan, sebab
hal itu terkait dengan fungsi struktur kejiwaan yang kompleks beserta dinamika
prosesnya, meskipun disadari bahwa pertumbuhan fisik sedikit banyak berkorelasi
dengan perkembangan psikis.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan
khususnya manusia masa dewasa dan usia lanjut dalam perspektif psikologi Islam.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1.
Apa
pengertian pertumbuhan dan perkembangan ?
2.
Bagaimana
pandangan islam tentang pertumbuhan dan perkembangan ?
3.
Faktor
apa saja yang mempengaruhi faktor ?
4.
Serta
ayat-ayat apa saja yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca bisa
memahami pengertian dari pertumbuhan dan perekembangan, faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta ayat-ayat yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Seperti kita ketahui bahwa segala sesuatu yang hidup di alam ini,
senantiasa mengalami proses tumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum yang
telah ditetapkan oleh Allah Swt. Tak satupun yang dapat menyimpang dari hukum
tersebut. Penyimpangan berarti kehancuran baik bagi eksistensi dirinya maupun
bagi yang lain. Demikian halnya dengan kehadiran manusia di alam ini, tidak
terlepasa dari proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hukum yang
berlaku padanya. Lajunya pertumbuhan dan perkembangan tersebut selaras dengan
taraf usia kronologisnya. Apabila terjadi kesenjangan dan ketidakseimbangan
inilah yang disebut abnormal. Hal semacam ini menimbulkan persoalan baru bagi
manusia, persoalan tersebut semakin rumit dan pelik, apabila jarak kesenjangan
dan ketidakseimbangan itu semakin jauh.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pertumbuhan dan perkembangan
merupakan sifat yang melekat pada kehidupan. Lalu apakah pertumbuhan dan
perkembangan ? untuk melihat lebih jelas ada baiknya menyimak ungkapan para
ahli, antara lain :
1.
Prof
DR. F.J. Monk, dkk
Menurut Monk, “Perkembangan ialah suatu proses yang kekal dan tetap
yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,
berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan belajar”.[1]
Dalam bagian lain ia menyatakan : “Pertumbuhan khusus dimaksudkan
dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik yang murni sedangkan
perkembangan adalah lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai
gejala-gejala psikologis yang menampak”.[2]
2.
Lester
D. Crow, Ph.D. and Alice Crow , Ph.D.
Menurut Lester dan Alice “The term growth to structural and
psycological changes within the phisical constitution of the individual from conception to adulthood, the term development
can be applied more corretly to those imate potentialities of behavior that are
sensitive to environmental stimulation”.[3]
Artinya adalah istilah pertumbuhan menunjuk kepada perubahan struktur dan fisik
individu dalam seam tubuh sejak masa konsepsi sampai masa dewasa, istilah
perkembangan lebih tepat dapat dipergunakan untuk menunjuk potensi-potensi
tingkah laku dari dalam yang terpengaruh oleh rangsangan lingkungan.
3.
Prof.
Dr. Soegarda Poerbakawatja
Menurut Soegarda, pertumbuhan merupakan suatu proses pada anak yang
menunjukkan perubhan-perubahan padanya (terutama jasmaniyah) secara otomatis,
sedangkan perkembangan suatu proses dalam pertumbuhna yang menunjukkan adanya
pengaruh dalam yang menyebabkan bertambahnya tempo, kualitas dalam pertumbuhan.[4]
4.
Dra.
Rohmalina Wahab, M.Pd.I
Menurut Rohmalina Wahab, pertumbuhan merupakan proses atau tahapan
peningkatan dan pertambahan aspek kuantitatif yang bermuara pada
perubahan-perubahan struktural manusia dalam hal jumlah, ukuran dan arti penting lainnya, seperti dari kecil menjadi
besar, dari pendek menjadi panjang dan lainnya. Perkembangan adalah proses atau
tahapan perubahan yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi
kejiwaan dan kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini
berpusat pada penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang
terrefleksikan dari tingkah laku dan perbuatan.[5]
Keempat pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa istilah
pertumbuhan tidak bisa dipisahkan secara tejam, namun bila ingin dibedakan maka
pertumbuhan lebih menunjuk kepada perubahan fisik sedangkan perkembangan lebiha
menunjuk kepada perubahan psikis, yang jelas, baik pada pertumbuhan maupun
perkembangan terjadi proses perubahan, perubahan tersebut terjadi akibat dari
kekuatan-kekuatan intern secara otomatis dan kekuatan-kekuatan dari luar.
B.
Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Islam
Menurut Hartati sebagaimana yang dikutip Rohmalina Wahab,
pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam dapat dibagi kepada beberapa fase
sebagai berikut :[6]
1.
Fase
Pra-Natal
Fase pranatal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi sampai proses
kelahiran yaitu sekitar 9 bulan 20 hari. Ibnu Mas`ud berkata bahwa Rasulullah
bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seorang baru kalian dikumpulkan kejadiannya dalam
perut ibunya selama 40 hari (asal sperma), selanjutnya menjadi segumpal darah
beku itupun selama 40 hari. Selanjutnya Allah Swt, mengutus malaikat, maka ia
pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya. Malaikat ini diperintah mencatat
(menetapkan) empat hal, yaitu mengenai rezekinya, amalnya, celakanya dan
bahagianya” (H.R Bukhari dan Muslim).
2.
Fase
Lahir
Fase lahir merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai
individu dan pada masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi
menjelang dua minggu dan periode ini juga bayi mulai menyesesuaikan dirinya dengan
kehidupan di luar rahim.
Fase ini terbagi menjadi dua periode, yaitu : periode pertunate (mulai
kelahiran sampai antara lima belas dan tiga puluh menit sesudah kelahiran),
sedangkan periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar
sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan paseamatur, yaitu
lingkungan di luar tubuh ibu).
3.
Fase
Dua Tahun Pertama
Pada fase 2 tahun pertama ini dapat dilihat dari khasnya yaitu anak
mulai memusarkan dirinya untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik
dan belajar berbicara dan pada masa ini Rasulullah bersabda, yang artinya :
“Mulailah mendidik anak-anak kalian dengan kalimat pertama : Laa
ilaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), bimbinglah mereka ketika mereka
berada dalam sekarat dengan Laa ilaha illallah,” (H.R Al-Baihaqi).
Kalau kita cermati hadits di atas adalah pendidikan pertama
ditanamkan kepada anak adalah meng-Esakan Allah dengan kalimat tauhid, dengan
kalimat Laa ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah).
4.
Fase
Kanak-kanak
Masa kanak-kanak ini berlangsung selama enam tahun, oleh pendidik
disebut pra sekolah. Awal masa kanak-kanak ini sering dianggap sebagai usia
kritis dalam penggolongan peran seks. Pada masa inilah anak paling peka dan
siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan dan selalu ingin bertanya dan
memahami.
Perkembangan kembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan kognitifnya. Hal ini membentuk persepsi anak mengenai
dirinya sendiri, dalam kompetensi sosialnya, dalam peran jenis kelaminnya, dan
dalam menegakkan pendapatnya mengenai apa yang benar dan yang salah.[7]
5.
Fase
Puber
Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat dan
masa ini terjadi pada usia yang berbeda bagi anak laki-laki dan anak perempuan.
Kriteria umum yang digunakan fase ini adalah bagi anak laki-laki ditandai
dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan masa haid
pertama.[8]
Adapun periode masa puber terbagi menjadi tiga masa, antara lain :
a.
Masa
pra pubertas : usia 12-14 tahun, masa ini merupakan peralihan dari akhir masa
kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya yaitu :
·
Anak
tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
·
Anak
mulai bersikap kritis
b.
Masa
pubertas : masa remaja awal usia 14-16 tahun. Adapun cirinya, antara lain
sebagi berikut :
·
Mulai
cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
·
Memperhatikan
penampilan
·
Sikapnya
tidak menentu
·
Suka
berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c.
Masa
akhir pubertas : usia 17-18 tahun, masa ini meupakan peralihan dari masa
pubertas ke masa adolesen. Cirinya, antara lain :
·
Pertumbuhan
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya.
·
Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih
awal dari remaja pria.
6.
Fase
Dewasa
Masa dewasa adalah pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu
suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas
dan penyesesuaian hidup yang baru.[9]
Pada fase ini sebaiknya yang perlu ditanamkan pada diri sendiri
adalah menjalankan ketaatan, karena pada fase ini individu sudah menetukan
sendiri kemana mereka akan melangkah.
7.
Fase
Lansia
Pada fase ini memiliki ciri sebagai berikut : periode kemunduran,
perbedaan individual pada efek menua, usia tua dinilai dengan kriteria yang
berbeda. Masalah umum yang unik bagi orang-orang yang lanjut usia ini adalah
ditandai dengan keadaan fisik yang lemah dan tak berdaya, sehingga tergantung
pada orang lain.
C.
Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan yang luasa mengenai perkembangan kiranya dapt diperoleh
dengan memperhatikan pendapat-pendapat ataupun teori-teori dari ahli psikologi
perkembangan, teori-teori ini dapat memberikan kontribusi ataupun manfaat untuk
menjadikannya sebagi landasan atau dasar-dasar untuk memajukan dan mendorong
bagi perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang pendidikan.
1.
Teori
Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang
berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini
bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Para penganut
aliran ini berpendapat atau berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu hanya
ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak
berpengaruh apa-apa.[10]
Sebagai contoh, jika sepasang orangtua ahli musik, maka anak-anak
yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya akan
melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan dan bakat
orangtua selalu terpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan
anak-anaknya.
2.
Teori
Empirisme
Toko utama teori ini adalah John Locke (1632-1704). Doktrin aliran
empirisme yang amat masyhur adalah “tabul rasa”, sebuah istilah bahasa latin
yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate).[11]
Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan
pendidikan, sehingga perkembangan manusia pun semata-mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Dalam hal ini, para penganut empirisme
menganggap setiap anak lahir dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan
bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman
atau lingkungan yang mendidiknya.
3.
Teori
Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara
aliran empirisme dengan aliran
nativisme. Aliran ini menggabungkan arti pentinng hereditas (pembawaan)
dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruhdalam perkembangan
manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-11938),
seorang filosof dan psikolog Jerman.
Para penganut aliran kovergensi berkeyakinan bahwa baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa
depan seseorang. Jadi, seorang peserta didik yang lahir dari keluarga santri
atau kiyai, umpamanya, kelak ia akan menjadi ahli agama apabila ia dididik di
lingkungan pendidikan keagamaan.[12]
4.
Teori
Naturalisme
Menurut Rousseau manusia pada dasarnya baik, menjadi buruk atau
jahat karena dipengaruhi kebudayaan. Pendidikan yang baik adalah memberi
kebebasan pada anak berkembang menurut kodrat yang baik itu. Dalam pendidikan
guru tidak boleh menghukum, tetapi hukuman harus diberikan oleh alam itu
sendiri.
5.
Teori
Rekapitulasi
Teori rekapitulasi mengatakan bahwa perkembangan individu merupakan
ulangan dari perkembangan jenisnya.berdasarka teori rekapitulasi pertumbuhan
anak didik dapat dibagi kedalam lima fase, yaitu:
a.
Masa
berburu atau masa penyamuan, pada masa ini anak menangkap binatang menyelinap
dan bersembunyi. Masa ini berakhir pada umur kurang lebih 8 tahun.
b.
Masa
pengembala, pada umur ini anak gemar sekali memelihara binatang seperti kucing,
kelinci, kambing, dan sebagainya. Masa ini berakhir pada umur 10 tahun.
c.
Masa
petani, masa ini berlangsung dari umur 10-12 tahun. Ciri yang penting pada masa
ini ialah anak gemar menanam tanaman dan berkebun.
d.
Masa
pedagang, pada masa ini berlangsung dari umur 12-18 tahun. Pada saat ini anak
suka sekali bermain jual beli, mengumpulkan benda-benda seperti perangko,
potret, kartu pos bergambar dan suka tukar menukar barang-barang dengan
teman-temannya.
e.
Masa
industri, timbul pada umur 14 tahun, anak gemar membuat permainan dan barang
kerajinan.
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian
khusus mengenai hal-hal sebagai berikut:
1.
Proses
pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif.
2.
Proses
belajar
3.
Pembawaan
atau bakat
Ketiga hal ini berkaitan erat sama lain dan saling berpengaruh
dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagaipeserta
didik kita. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang siswa
dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan bahwa siswa tersebut akan
mengalami perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi asumsi seperti ini
sebenarnya belum tentu terwujud karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap
proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita yang ia inginkan.
Dari beberapa literatur yang ada seperti buku psikologi pendidikan
oleh Muhibbin Syah, psikologi pendidikan oleh Abd. Rachman Abror mereka
nampaknya sepakat menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
itu didasarkan pada teori-teori perkembangan, yaitu:
a.
Nativisme
mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan.
b.
Empirisme
mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pengalaman dan lingkungan.
c.
Konvergensi
mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan dan pengaruh
lingkungan.
Jadi, kita simak dan analisis maka faktor yang paling mendasar
untuk dapat dikatakan mempengaruhi perkembangan adalah lingkungan dan
pembawaan.
Dapat dikatakan faktor yang paling mempengaruhi tinggi rendahnya
mutu hasil perkembangan siswa terdiri dari dua macam, yaitu:
a.
Faktor
internal
Yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan
dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
b.
Faktor
eksternal
Yaitu hal-hal
yang datang atau ada di luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
Jadi, dapat kita simpulkan dari analisis di atas, bahwa
perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor bawaan, sedangkan faktor
eksternal meliputi faktor lingkungan juga termasuk faktor keluarga.
E.
Pandangan Ajaran Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan
kosong, dalam arti tidak memiliki pengetahuan apapun. Hal ini dinyatakan dalam
Al-Quran secara eksplisit dengan ungkapan :
لَا
تَعْلَمُوْنَ
Meskipun demikian, Allah memberi bekal-bekal berupa potensi untuk
mengembangkan diri menjadi pemegang wewenang di muka bumi yang dalam Al-Quran
disebut Khalifatullah fil ardh (khalifah Allah di muka bumi) dalam
rangka beribadah atau mengabdi kepada-Nya.
Bekal-bekal potensial itu, menurut firman-Nya berupa indera
pendengaran atau telinga dan indera penglihatan atau mata serta daya nalar
(af-idah). Af-idah menurut Ibnu Katsir sebagaimana yang telah disinggung
di muka, adalah kalbu atau akal. Berdasarkan kajian psikologis kognitif, qalb
dapat diasumsikan sebagai potensi sistem memori manusia.[13]
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw
bersabda ;
كُلُّ
مَوْلُودٍ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
يُمَجِّسَانِهِ (رواه مسلم)[14]
Artinya :
“Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrohnya (bakatnya orang tualah
yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi)”. (H.R Muslim)
Hadits di atas menyatakan, bahwa setiap manusia dilahirkan dalam
keadaan fitrah atau memiliki sifat pembawaan yang ada sejak lahir.
Fitrah atau sifat bawaan dipahami oleh para ahli antara lain sebagai : Pertama
kesucian, Kedua kecenderungan beragama atau memeluk Islam. Arti
kecenderungan memeluk Islam ini tampak mengacu pada kemungkinan berkembangnya
anak manusia tersebut menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi, bergantung pada
kedua orangtua dan lingkungannya.[15] Pada
dasarnya setiap manusia berpotensi menjadi seorang Muslim, dan potensi ini akan
menjadi kenyataan apabila kedua orangtua dan lingkungan mendidiknya secara
Islami.
Berdasarkan analisis singkat menegenai fitrah di atas, kita
dapat menarik simpulan bahwa bakat dan pembawaan atau hereditas berperan sangat
penting dalam menentukan perkembangan dan masa depan manusia. Namun, peran
penting hereditas tersebut kurang berarti atau bahkan tidak akan berarti jika
lingkungannya tidak memberi dukungan yang sesuai dengan potensi bakat dan kemampuan
yang dibawa sejak lahir.
F.
Ayat-ayat Al-Quran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Adapun ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan manusia, antara lain :
1.
QS
Al-Mu`min ayat 67
uqèd “Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_Ìøƒä† WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£‰ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãŠä© 4
Nä3ZÏBur `¨B 4’¯ûuqtGム`ÏB ã@ö6s% (
(#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& ‘wK|¡•B öNà6¯=yès9ur šcqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ
Artinya :
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (Q.S Al-Mu`min : 67)
2.
QS
Ar-Ruum ayat 54
* ª!$# “Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB ω÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB ω÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4
ß,è=øƒs† $tB âä!$t±o„ (
uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ãƒÏ‰s)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S Ar-Rum : 54)
Dari dua ayat di atas, dapat kita analisis dari maksud arti kedua
ayat tersebut, bahwa ayat pertama yaitu surat Al-Mu`min ayat 67 menjelaskan
asal muasal manusia diciptakan oleh Allah Swt, proses penciptaan manusia, serta
fase-fase yang akan dialami oleh manusia itu sendiri.
Sedangkan ayat ke dua yaitu surat Ar-Rum ayat 54 menjelaskan
tentang fase-fase yang dialami oleh manusia, bahwasannya Allah menciptakan
seseorang dari kondisi lemah menjadi kuat dan akhirnya menjadi lemah tanpa
berdaya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat saya simpulkan bahwa istilah
pertumbuhan tidak bisa dipisahkan secara tajam, namun bila ingin dibedakan maka
pertumbuhan lebih menunjuk kepada perubahan fisik sedangkan perkembangan lebih
menunjuk kepada perubahan psikis, yang jelas, baik pada pertumbuhan maupun
perkembangan terjadi proses perubahan, perubahan tersebut terjadi akibat dari
kekuatan-kekuatan intern secara otomatis dan kekuatan-kekuatan dari luar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi faktor bawaan, sedangkan faktor eksternal
meliputi faktor lingkungan juga termasuk faktor keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Hawi, Akmal.
2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Palembang: IAIN Raden
Fatah Press.
Jahja, Yudrik. 2011.
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mahmud. 2012. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mustaqim. 2004.
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Poerbakawatja Soegarda.
1982. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Syah, Muhibbin.
2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[1] Prof. DR. F.J.
Monks, dkk., Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1984, hal. 2.
[2] Ibid, hal.
2.
[3] Lester D.
Crow, Ph.D. and Alice Crow, Ph.D., Human Development and Learning, American
Book Company, New York, 1959, hal. 20.
[4] Prof. Dr.
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta,
1982, hal. 276.
[5] Dra. Rohmalina
Wahab, M.Pd.I., Psikologi Belajar, Grafika Telindo Press, Palembang,
2014, hal. 112.
[6] Ibid, hal.
126.
[7] Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal. 203.
[8] Dra. Rohmalina
Wahab, M.Pd.I., Op.cit., hal. 128.
[9] Ibid,
hal. 128.
[10] Muhibbin Syah,
Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2014, hal. 18.
[11] Ibid,
hal. 19.
[12] Ibid,
hal. 21.
[13] Muhibbin Syah,
Op.Cit., hal. 23
[14] Imam Muslim, Shohih
Muslim Juz II, hal. 458.
[15] Muhibbin Syah,
Ibid, hal. 23
izin copas buat tugas yaa, terimakasih...
BalasHapus