Makalah Urgensi Ukhwah Islamiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia
memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu sama lain dengan fikiran dan
kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain,
membutuhkan sebuah kelompok dalam bentuknya yang minimal, yang mengakui
keberadaannya dan dimana dia dapat bergantung. Kebutuhan untuk berkelompok ini
merupakan naluri alamiah sehingga kemudian muncullah ikatan-ikatan yang dalam
islam dikenal dengan istilah ukhuwah. Melihat minimnya pengetahuan tentang
ukhuwah, keutamaan serta peranannya dalam islam dalam makalah ini akan dibahas
secara singkat dan jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan ukhuwah
islamiyah.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah makalah ini antara lain:
1.
Bagaimana
pengertian ukhuwah islamiyah?
2.
Apa
saja keutamaan dari ukhuwah islamiyah?
3.
Bagaimana
peran ukhuwah dalam islam?
4.
Apa
saja perusak ukhuwah?
C.
Tujuan Penulisan
Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
agar kita mengerti serta memahami apa yang dimaksud dengan pengertian dari
ukhwah islamiyah, keutamaannya, peran dari ukhwah islamiyah serta hal-hal yang
dapat merusak ukhwah islamiyah itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ukhwah Islamiyah
Menurut
Al-’Allamah Ar-Raghib Al-Ashfahani dalam Mufadrat Alfazhil Qur’an, kata ukhuwah
menurut bahasa berasal dari ”akhun” yang berarti berserikat dengan yang lain
karena kelahiran dari dua belah pihak, atau salah satunya atau karena
persusuan.[1]
Sedangkan dalam istilah, menurut Imam Hasan Al-Banna rahimuhumullah, ukhuwah
adalah mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa dengan ikatan akidah, yang merupakan
ikatan yang paling kukuh dan paling mahal mahal harganya. Al-Banna mengatakan
bahwa ukhuwah adalah saudara keimanan.[2]
Menurut Koordinator Forum Musyawarah Ulama’ (FMU) Madura KH. Ali
Karar Shinhaji, ukhuwah ialah ikatan atau jalinan persaudaraan. Ukhuwah yang
sebenarnya ialah jalinan persaudaraan yang didasari dengan keimanan kepada
Allah dan Rasul-Nya. Ukhuwah seperti itu dikenal dengan ukhuwah islamiyah,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat: 10.
إِنَّمَا
الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mu'min
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
(Q.S Al-Hujurat:10)
Dan dalam HR. Bukhari dari Abdillah bin Umar ra. Nabi Muhammad SAW
bersabda:
عَنْ عَبْدِ ا
للهِ بْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْهُمَا اَنٌّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ
وَسَلّمَ قالَ الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ لا يَضْلِمُهُ وَلا يُسْلِمُهُ
وَمَنْ كاَنَ فِي حَاجَةِ أخِيْهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ ( أخرجه البخاري فِي
كتاب الاكراه)
Artinya:
“Ibnu Umar meriwayatkan, Rasulullah
saw. bersabda: “Seorang muslim adalah saudara dari seorang muslim (lainya); dan
dia tidak akan memperlakukanya tidak adil, atau dia tidak meninggalkanya
sendirian (menjadi korban ketidak adilan orang lain); dan barang siapa memenuhi
kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhanya”. (HR Bukhari).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ukhwah islamiyah adalah
hubungan yang dijalanin oleh rasa cinta dan didasari oleh akidah dalam bentuk
persahabtan bagaikan satu jasad satu yang atau satu bangunan yang kokoh.
B.
Keutamaan Ukhuwah Islamiyah
Ada
beberapa keutamaan dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat islam,
diantaranya:[3]
1.
Ukhuwah
menciptakan wihdah (persatuan)
Sebagai
contoh dapat kita lihat dalam kisah heroik perjuangan para pahlawan bangsa
negeri yang bisa dijadikan landasan betapa ukhuwah benar-benar mampu
mempersatukan para pejuang pada waktu itu. Tidak ada rasa sungkan untuk
berjuang bersama, tidak terlihat lagi perbedaan suku, ras dan golongan, yang
ada hanyalah keinginan bersama untuk merdeka dan kemerdekaan hanya bisa dicapai
dengan persatuan.
2.
Ukhuwah
menciptakan quwwah (kekuatan)
Adanya
perasaan ukhuwah dapat menciptakan kekuatan (quwwah) karena rasa persaudaraan
atau ikatan keimanan yang sudah ditanamkan dapat menentramkan dan menenangkan
hati yang awalnya gentar menjadi tegar sehingga ukhuwah yang telah terjalin
dapat menimbulkan kekuatan yang maha dahsyat.
3.
Ukhuwah
menciptakan mahabbah (cinta dan kasih sayang)
Sebuah
kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah terpatri dengan baik pada
akhirnya memunculkan rasa kasih sayang antar sesama saudara se-iman. Yang
dulunya belum kenal sama sekali namun setelah dipersaudarakan semuanya
dirasakan bersama. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antar
sesama umat islam.
Ukhwah
juga bukanlah sekedar persaudaraan akan tetapi dengan ukhwah ini juga akan
menciptakan persaudaraan yang kokoh, utuh, solid serta menciptakan kasih sayang
di antara sesama.
C.
Peran Ukhuwah dalam Islam
Ukhuwah
membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan
masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa
saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah
islamiah akan tetap kokoh. Ukhuwah merupakan karakteristik istimewa dari
seorang mukmin yang saleh. Peran ukhuwah islamiyah sangatlah penting untuk
terwujudnya umat islam yang utuh dan bersatu padu dalam kekompakan serta
kebersamaan.
Nabi bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْ مِنِينَ فِى تَوَ ادَّهِمْ وَ
تَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ
عُضْوٌتَدَاعَى لَهُ سَا ئِرُ ا لْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَا لْحُمَّى
Artinya:
“perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling
belas kasihan dan saling mengasihi yaitu seperti satu badan yang apabila satu
anggotanya merasakan sakit maka anggota badan yang lain juga akan merasakan
sakit dengan tidak bisa tidur dan panas”
(HR. Bukhari dan Muslim)[4]
Dan di hadits lain Nabi bersabda:
عَنْ أَبِي
مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أِنَّ الْمُؤْمِنَ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ (متفق
عليه)
Artinya:
“Abu Musa
meriwayatkan, Nabi saw bersabda: “kaum mukminin adalah bersaudara satu sama
lain ibarat (bagian-bagian dari) suatu bangunan satu bagian memperkuat bagian
lainya”. Dan beliau menyelibkan jari-jari di satu tangan dengan tangan yang
lainnya agar kedua tangannya tergabung (Muttafaqun alaihi)[5]
Saat ini ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan
sehingga kewajibanpun telah terlupakan. Kehangatan persaudaraan semakin menipis
karena desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Hal ini
sering menimbulkan kecemburuan yang sangat potensial untuk mengundang suasana
batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Dengan demikian, peran ukhwah
dalam islam sendiri sangat saklar dalam menegakkan agama islam itu sendiri.
D.
Syarat dan Hak Ukhuwah
Ada
beberapa syarat dan hak ukhwah dalam islam, antara lain :[6]
1.
Hendaknya
bersaudara untuk mencari keridhaan Allah, bukan kepentingan atau berbagai
tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah, mengokohkan internal umat Islam, berdiri
tegar di hadapan konspirasi pemikiran dan militer yang menghujam agama dan
akidah umat. Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya amal itu
tergantung niatnya..." (HR. Imam Bukhari).
2.
Hendaknya
saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan duka, senang atau tidak, mudah
maupun susah. Rasulullah Saw bersabda, "Muslim adalah saudara muslim,
ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya... tidak boleh seorang muslim
bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling
dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang terbaik dari
mereka adalah yang memulai mengucapkan salam." (Muttafaqun alaihi)).
3.
Memenuhi
hak umum dalam ukhuwah Islamiah. Rasulullah Saw bersabda: "Hak muslim
atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika berjumpa ia memberi salam, jika bersin
ia mendoakannya, jika sakit ia menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti
jenazahnya, jika bersumpah ia melaksanakannya." (HR. Imam Muslim).
E.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah
Adapun hakekat
ukhwah islamiyah antara lain, adalah :[7]
1.
Nikmat
Allah
Sebagaimana firman
Allah Swt di dalam Al-Quran surat Al-Imran ayat 103 :
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”. (Q.S. Ali Imron:103)
2.
Perumpamaan
tali tasbih
اْلأَخِلآءُ
يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
Artinya:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S.Az-Zukhruf :67)
3.
Merupakan
arahan Rabbani
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ
مَافِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا مَّآأَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ
أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya:
“Dan Yang mempersatukan hati mereka
(orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada
di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (Q.S.
Al-Anfal:63)
4.
Merupakan
cermin kekuatan iman
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada
Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
(Q.S. Al-hujurat:10).
F.
Proses Terbentuknya Ukhwah Islamiyah
Adapun
proses terbentuknya ukhwah islamiyah, antara lain:[8]
1.
Melaksanakan
proses Ta’aruf
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن
ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عندَ اللهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(Q.S Al-Hujurat : 13)
Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal
antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah Swt
Adanya interaksi dapat membuat ukhuwah lebih solid dan kekal. Persaudaraan
Islam yang dijalin oleh Allah Swt merupakan ikatan terkuat yang tiada
tandingannya, Perpecahan mengenal karakter individu. Perkenalan pertama
tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya
pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini
dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan
berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya.
Pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada
upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia
tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya.
Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter
kejiwaan ini.
2.
Melaksanakan
proses Tafahum
Tafahum
adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan
saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya
meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia
tunaikan. Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka
ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf (pengenalan) dapat deprogram namun
proses tafahum dapat dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah.
Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan
kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling
tolong menolong) dalam persaudaraan. Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila
seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling
memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah
yang menyatukan hati manusia.
3.
Melakukan
At-Ta’aawun
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُحِلُّوا
شَعَائِرَ اللهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْىَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ
وَلآَءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ
وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ
قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
“Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
menggganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram,
mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”. (Q.S.
Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun.
Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi
dan saling menasehati), dan aman (saling bantu membantu). Saling membantu dalan
kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang
butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain. Kebersamaan akan bernilai bila
kita mengadakan saling Bantu membantu.
4.
Melaksanakan
proses Takaful
Yang
muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan
bersama. Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan
hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini.
Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada
sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu
diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam
kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan
dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi Saw tentang aplikasi nilai ukhuwah disanding dengan
kesempurnaan iman seseorang, antara lain dalam beberapa hadits berikut :
لايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لِأخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya :
“Tidak beriman seseorang diantaramu hingga
kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
Dengan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap sesuatu
membutuhkan proses. Adapun proses terbentuknya ukhwah islamiyah diantaranya : Ta`aaruf,
tafahum, ta`awuun, takaful dan lain sebagainya
Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah Swt. Bila umat
islam melakukannya, tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa
indah hidup dalam kebersamaan. Kesatuan barisan dan umat berarti bersatu fikrah
atau pemikiran dan tujuan tanpa menghilangkan perbedaan dalam karakter
(kejiwaan). Inilah kekuatan Islam. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga,
masyarakat dekat untuk menjalin persaudaraan Islam ini.
G.
Hal-hal
yang menguatkan ukhwah islamiyah
Kurang lebih lima bulan lamanya Nabi
Muhammad saw berdiam di kota Madinah, maka Rasulullah mempersaudarakan antara
kaum Muhajirin dan Anshar bahkan mereka berhak menerima warisan dari saudara
tersebut, ini berlaku sampai turunnya ayat yang menasakh hal ini. Maka dengan
hal ini, ada beberapa hal yang dapat memperkuatkan ukhwah islamiyah, antara
lain :[9]
1.
Memberitahukan
kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda : “Ada
seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya.
Orang yang tadi di samping Rasulullah tadi berkata : Aku mencintai dia ya
Rasulullah, lalu Nabi menjawab : ‘Apakah
kamu telah memberitahukan kepadanya ?. lalu orang tersebut
memberitahukan kepadanya seraya berkata ; ‘Sesungguhnya akau mencintaimu karena
Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab : ‘Semoga Allah mencintaimu
karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
2.
Memohon
dido`akan bila berpisah
“Tidak
seorang hamba mukmin berdo`a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan berkata :
‘Dan bagimu juga seperti itu.”
(H.R Muslim).
3.
Menunjukkan
kegembiraan dan senyuman bila berjumpa
Nabi
Saw bersabda :“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang datang
dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia
senyum kegembiraan.” (H.R Muslim).
4.
Berjabat
tangan bila berjumpa (kecuali non mahrom)
“Tidak
ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya
diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R
Abu Daud dari Barra`).
5.
Sering
bersilaturrahmi (mengunjungi saudara)
Imam
Malik meriwayatkan : “Berkata Nabi bahwa Allah berfirman ; “ Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang
mencintai karena Aku, dimana keduanya saling berkunjung karena Aku dan saling
memberi karena Aku”.
6.
Memberikan
hadiah pada waktu-waktu tertentu
“Hendaklah
kalian saling memberi hadiah karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan
menghilangkan kekotoran hati.”
(H.R Imam Dailami dari Anas)
7.
Memperhatikan
saudaranya dan membantu keperluannya
“Siapa
yang meringankan beban penderitaan seorang mukmin di dunia pasti Allah akan
meringankan beban penderitaan di akhirat kelak. Siapa yang memudahkan orang
yang dlam keadaan susah pasti Allah akan memudahkan urusaannya di dunia dan
akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim pasti Allah akan menutupi aibnya
di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya jika hamba
tersebut menolong saudaranya”
(H.R Muslim).
8.
Memenuhi
hak ukhwah saudaranya
“Hak
seorang muslim atas muslim ada enam, yaitu jika bertemu maka ucapkanlah salam
kepadanya, jika diundang maka penuhilah, jika dia minta dinsehati maka nasehati
pulalah dia, jika bersin maka doakanlah, jika sakit maka kunjungilah dan jika
meninggal maka antarkanlah ke kubur.”
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
9.
Mengucapkan
selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
“Barangsiapa
mengucapkan selamat kepada saudaranya ketika saudaranya mendapat kebahagiaan
niscaya Allah menggembirakannya pada hari kiamat.” (H.R Thabrani)
Itulah diantara amalan-amalan ringan yang dapat memperkuat ukhwah
islamiyah. Telah kita ketahui bahwa kita sebagai makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, maka dengan ini memperkuat ukhwah
islamiyah merupakan salah satu dalam tata pergaulan di dalam kehidupan kita.
H.
Perusak Ukhuwah
Setidaknya
ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terjaga dan
terpelihara sehingga kita bisa tetap menikmati indahnya persaudaraan, yaitu:[10]
1.
Memperolok-olokan
baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan
bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan
permusuhan.
2.
Mencaci
atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, apalagi bila
kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar.
3.
Memanggil
orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara
fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan
keadaan fisiknya itu.
4.
Berburuk
sangka merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad) yang akibatnya akan
selalu buruk sangka apabila seseorang mendapatkan kemikmatan atau keberhasilan.
5.
Mencari-cari
kesalahan orang lain untuk merendahkannya. Bukannya mencari kesalahn diri
sendiri lebih baik agar kita bisan memperbaiki diri dari sebelumnya?
6.
Bergunjing
dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak
menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang.
Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka apabila ada
orang lain yang mengtahuinya, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.
Sesungguhnya Islam sangat menekankan persaudaraan
dan persatuan. Bahkan Islam itu sendiri datang untuk mempersatukan
pemeluk-pemeluknya, bukan untuk memecah belah. namun sebentar kemudian
pemeluknya itu sendirilah yang sudah memancing perseteruan dengan melancarkan
cercaan atau caci maki sesama mereka. Padahal justru merekalah yang seharusnya
menjadi poros paling utama untuk mendapatkan ikatan ukhuwah dan kecintaan.
Tetapi demikianlah, banyak orang yang sikap dan orientasinya terkungkung oleh
opini fanatisme golongan. Bagaimanapun masalah ukhuwah (persaudaraan) dan
persatuan ini merupakan masalah yang sangat penting dan harus kita jaga
keutuhan ukhwah islamiyah yang telah kita bangun ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan singkat di atas dapat kita simpulkan betapa
pentingnya ukhuwah dalam mempertahankan dan menyatukan umat islam yang saat ini
sudah mulai mengalami disintegrasi yang dilatar belakangi oleh berbagai
perbedaan kepentingan terutama dalam dunia politik. Dengan ukhuwah kita bisa
merasakan manisnya iman, berada di bawah naungan cinta Allah, dilindungi Arasy
Al-Rahman, diampunkan dosa, bersaudara karena Allah adalah amal mulia dan
mendekatkan hamba dengan Allah dan menjadi ahli surga di akhirat kelak.
Rasulullah Saw. Bersabda: Artinya: "Barangsiapa yang
mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat
berseru, 'Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah
mendapatkan salah satu tempat di surga." (HR. Imam Al-Tirmizi).
Saran
Setelah mengetahui betapa pentingnya peranan ukhuwah dalam islam
dan berbagai keutmaannya hendaknya kita sebagai umat islam tetap menjaga ikatan
persaudaraan seiman yang sejak dulu telah di ajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
DAFTAR PUSTAKA
Depag. R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek
Pengadaan Kitab SuciAl-Qur’an,1978.
Dudung Kurnia, Panduan
Pembinaan Generasi Muda Muslim, Bandung: Lembaga Pengembangan Potensi
Insani, 2001
Fathi Yakan, Robohnya
Dakwah di Tangan Dai, Yogyakarta : PT Era Adicitra Intermedia, 2011
Maftuh Ahnan, Kumpulan Hadits Terpilih, Surabaya: Terbit
Terang, 2003
Novi Hardian dan Tim ILNA Learning Center, Panduan
Keislaman untuk Remaja, Super Mentoring, Yogyakarta : PT Syaamil Cipta Media, 2003
[1] Fathi Yakan, Robohnya
Dakwah di Tangan Dai (Yogyakarta : PT Era Adicitra Intermedia, 2011)
[2]
Ibid.
Hal 56
[3] Aunur Rofiq
bin Ghufran, Ukhwah Islamiyah (Bandung: Pustaka Al-Binjy, 2004)
[4] Shohihul
Bukhari No. 6011 dan Shoih Muslim No. 2586
[5] Shohihul
Bukhari No. 481 dan Shoih Muslim No. 2585
[6] Dudung Kurnia,
Panduan Pembinaan Generasi Muda Muslim (Bandung: Lembaga Pengembangan
Potensi Insani, 2001)
[7] Novi Hardian, Panduan
Keislaman Untuk Remaja (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2003)
[8] Ibid, hal.
250
[9] Ibid, Hal.
252
[10]
Fathi yakan, Robohnya
Dakwah di Tangan Dai (Yogyakarta : PT Era Adicitra Intermedia, 2011)